JAKARTA - Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah mempersiapkan ketersediaan bahan pangan bergizi, khususnya daging, ayam, dan telur, untuk mendukung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan digelar pada tahun 2025. Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memastikan masyarakat, terutama di kalangan kelompok rentan, mendapatkan akses terhadap asupan gizi yang cukup, terutama protein hewani yang berkualitas.
Ketersediaan Sumber Protein di NTB: Daging, Ayam, dan Telur
Menurut Kepala Disnakeswan NTB, Muhamad Riadi, salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam penyelenggaraan program MBG adalah memastikan pasokan daging, ayam, dan telur tersedia secara rutin dengan kualitas yang baik. Sumber protein hewani ini sangat penting karena menjadi bagian utama dalam menu makan harian penerima manfaat program tersebut. Riadi menyebutkan bahwa pihaknya tidak merasa khawatir dengan ketersediaan telur dan daging sapi di NTB karena daerah ini sudah menjadi salah satu penghasil utama bahan pangan tersebut.
"Kita di NTB adalah daerah produsen sapi, dan kami berada di peringkat empat nasional dalam penyediaan daging merah. Untuk ketersediaan telur, produksi lokal sudah mencukupi kebutuhan, bahkan pada bulan Desember 2024 kemarin kita mengalami overproduksi telur," kata Riadi dalam wawancaranya dengan Suara NTB, pada Senin, 17 Februari 2025.
Produksi telur di NTB, lanjut Riadi, sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendukung program MBG, yang menargetkan ketersediaan protein dalam jumlah besar. Daging sapi juga menjadi salah satu produk unggulan NTB, dengan stok sapi di wilayah tersebut yang dipastikan cukup untuk memenuhi permintaan pasar.
Tantangan Pasokan Daging Broiler di NTB
Namun, Riadi mengungkapkan adanya tantangan terkait dengan ketersediaan daging ayam broiler, terutama jika permintaan tinggi. Daging ayam broiler sering kali menjadi bahan utama dalam berbagai program bantuan sosial, termasuk MBG, yang membutuhkan pasokan stabil dan terjaga. Menurutnya, tantangan terbesar terletak pada sistem peternakan ayam yang banyak menggunakan kandang tipe open house, yang kurang mendukung optimalisasi produktivitas ayam.
"Saat ini, banyak peternak di NTB yang menggunakan kandang open house, yang mengharuskan mereka untuk meningkatkan kapasitas kandang menjadi sistem closed house jika ingin bermitra dengan perusahaan-perusahaan besar. Sistem closed house sendiri lebih terjamin dari segi keamanan biologi, sehingga produktivitas ayam bisa lebih terjaga. Namun, peternak kita kebanyakan memiliki kapasitas kandang yang kecil, sekitar 2.500 ekor, dan untuk bisa menggunakan sistem closed house, mereka membutuhkan minimal 5.000 ekor ayam untuk mencapai skala keekonomian yang ideal," ujar Riadi.
Dalam hal ini, Disnakeswan NTB sudah melakukan berbagai upaya untuk menjalin komunikasi dengan perusahaan mitra yang dapat mendukung peningkatan produksi ayam broiler di wilayah tersebut. Pihaknya berharap solusi dapat ditemukan untuk membantu peternak meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ayam, agar pasokan ayam broiler untuk MBG bisa mencukupi kebutuhan.
Diversifikasi Protein: Pengembangan Telur Puyuh
Salah satu langkah inovatif yang diambil oleh Disnakeswan NTB adalah mendorong peternak lokal untuk mengembangkan usaha peternakan puyuh, sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan telur dalam program MBG. Telur puyuh dianggap sebagai sumber protein yang tidak kalah bergizi dengan telur ayam, dan dapat menjadi alternatif yang lebih ekonomis serta mudah diakses oleh masyarakat.
"Selain telur ayam broiler, kami juga sedang mendorong peternak puyuh di NTB untuk mengembangkan usahanya. Pasar telur puyuh cukup terbuka lebar, dan selama ini kita banyak mendatangkan telur puyuh dari luar daerah. Padahal, jika peternak kita dapat memelihara puyuh, kami yakin produksi telur puyuh dapat memenuhi kebutuhan program MBG," kata Riadi.
Telur puyuh dianggap memiliki nilai ekonomi yang baik karena selain lebih murah untuk dipelihara, permintaan terhadap produk ini juga semakin meningkat. Sebagai tambahan, telur puyuh mengandung berbagai manfaat gizi, seperti protein, vitamin, dan mineral yang sangat baik untuk kesehatan. Oleh karena itu, pihaknya berupaya agar peternak lokal semakin tertarik dan mendapatkan dukungan untuk mengembangkan usaha ternak puyuh, yang pada akhirnya dapat membantu menyediakan diversifikasi protein bagi masyarakat penerima manfaat MBG.
Upaya Menjamin Ketersediaan Logistik MBG di NTB
Program MBG yang diluncurkan oleh pemerintah bertujuan untuk memastikan bahwa masyarakat, terutama kelompok berpendapatan rendah, mendapatkan asupan makanan bergizi dengan cara yang mudah diakses. Ketersediaan bahan makanan yang terjangkau dan bergizi merupakan syarat utama untuk kesuksesan program ini. Oleh karena itu, Disnakeswan NTB memprioritaskan tiga sumber protein hewani utama – daging sapi, ayam broiler, dan telur – yang menjadi bagian dari menu makanan harian penerima manfaat.
Seiring dengan itu, Disnakeswan NTB juga bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk peternak, perusahaan, dan pihak terkait lainnya, untuk memastikan agar stok pangan hewani ini tetap tersedia sepanjang tahun dan dapat mendukung kelancaran distribusi logistik program MBG. Hal ini penting untuk menghindari kelangkaan yang dapat menghambat kelancaran program yang ditujukan untuk masyarakat NTB.
Riadi juga menegaskan pentingnya menjaga kestabilan harga dan kualitas produk hewani yang akan disalurkan ke masyarakat dalam rangka program MBG. Pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan pemantauan dan evaluasi guna memastikan keberhasilan program ini.
Harapan untuk Keberlanjutan Program MBG di NTB
Ketersediaan bahan pangan yang bergizi bagi masyarakat NTB menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan MBG 2025. Dalam menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi produksi maupun distribusi, Disnakeswan NTB akan terus berinovasi dan berkoordinasi dengan semua pihak terkait untuk memastikan keberhasilan program ini. Dengan adanya keterlibatan peternak lokal, perusahaan mitra, dan dukungan masyarakat, diharapkan ketersediaan daging, ayam, dan telur untuk MBG dapat terus terjamin, serta memberikan dampak positif bagi ekonomi dan kesejahteraan masyarakat NTB secara keseluruhan.
Dengan langkah-langkah yang telah dilakukan, Disnakeswan NTB berharap program MBG ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, tetapi juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan sektor peternakan dan ekonomi daerah.