JAKARTA - Sejumlah bank swasta mulai menurunkan biaya pencadangan pada tahun ini sebagai strategi meningkatkan laba.
Penurunan ini dipicu perbaikan kualitas aset, penghapusan buku tertentu, dan efisiensi operasional. Meski demikian, bank tetap menyiapkan pencadangan tambahan untuk menjaga fondasi pertumbuhan dan kesehatan kredit.
CIMB Niaga Turunkan Biaya Provisi Seiring Kualitas Aset Membaik
Bank CIMB Niaga mencatat penurunan biaya pencadangan sebesar 7,06% secara tahunan menjadi Rp 777,8 miliar selama delapan bulan pertama 2025. Presiden Direktur Lani Darmawan menyebutkan perbaikan kualitas aset dan kondisi ekonomi makro yang lebih stabil menjadi faktor utama penurunan tersebut.
Rasio kredit bermasalah (NPL) CIMB Niaga per Juni 2025 tercatat 1,88%, menurun dari 2,15% pada periode sama tahun sebelumnya. Bank menargetkan NPL tetap di bawah 2% hingga akhir tahun. Lani menambahkan, meski ada sedikit peningkatan di segmen ritel, kualitas aset tetap lebih baik dibanding rata-rata industri.
Perbaikan ini menunjukkan efektivitas manajemen risiko CIMB Niaga dalam menjaga kesehatan portofolio kredit sekaligus memanfaatkan momentum untuk mendukung pertumbuhan laba.
Maybank Indonesia Kurangi Biaya Pencadangan Secara Signifikan
Bank Maybank Indonesia mencatat penurunan biaya pencadangan hingga 46,5% menjadi Rp 382,2 miliar selama delapan bulan pertama 2025. Presiden Direktur Steffano Ridwan menyatakan, penurunan tersebut dipicu oleh penghapusan buku pada beberapa akun tertentu.
Meski biaya pencadangan menurun, Maybank tetap menyiapkan cadangan tambahan sesuai kebutuhan. Rasio NPL per Juni 2025 stabil di 2,35%, turun dari 2,66% pada Juni 2024.
Langkah ini mencerminkan strategi bank untuk menjaga kecukupan pencadangan sekaligus meningkatkan efisiensi biaya, sehingga laba dapat lebih optimal tanpa mengorbankan kesehatan aset.
KB Bank Raih Laba Berbalik dari Rugi dengan Strategi Provisi Baru
Bank KB Indonesia mencatat penurunan drastis biaya provisi menjadi Rp 37,2 miliar, jauh lebih rendah dibanding Rp 3,2 triliun pada delapan bulan pertama 2024.
NPL gross masih tinggi di level 10,08% per Juni 2025, namun bank berhasil membukukan laba bersih Rp 311,7 miliar, berbalik dari rugi bersih Rp 2,6 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
VP Corporate Relations Adi Pribadi menegaskan, bank tetap menyiapkan pencadangan tambahan di akhir tahun untuk memperkokoh fondasi pertumbuhan. Laba yang solid juga memungkinkan KB Bank menjaga cost of credit tetap sehat.
Bank menargetkan NPL turun ke kisaran 5%–6% hingga akhir 2025, dengan strategi penjualan portofolio NPL secara bulk dan penghapusbukuan selektif.
Strategi Bank Swasta untuk Memaksimalkan Laba dan Kesehatan Kredit
Secara keseluruhan, penurunan biaya pencadangan di sejumlah bank swasta merupakan strategi untuk meningkatkan profitabilitas tanpa mengurangi keamanan aset. CIMB Niaga, Maybank Indonesia, dan KB Bank memanfaatkan kondisi kualitas aset yang membaik dan efisiensi operasional untuk mengoptimalkan laba.
Mekanisme pencadangan tambahan tetap disiapkan sebagai fondasi pertumbuhan jangka panjang. Strategi ini memastikan bahwa bank dapat tetap memanfaatkan peluang pertumbuhan kredit sekaligus menjaga rasio NPL dalam batas sehat.
Langkah-langkah tersebut mencerminkan pendekatan hati-hati namun proaktif dalam pengelolaan risiko, sekaligus memanfaatkan momentum perbaikan ekonomi untuk mendukung kinerja laba yang lebih solid hingga akhir tahun.