Etanol

Etanol Jadi Campuran BBM Aman Ramah Lingkungan Global

Etanol Jadi Campuran BBM Aman Ramah Lingkungan Global
Etanol Jadi Campuran BBM Aman Ramah Lingkungan Global

JAKARTA - Isu energi bersih semakin menjadi perhatian dunia. Salah satu strategi yang kini banyak diadopsi negara-negara maju maupun berkembang adalah pemanfaatan etanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM). Selain dianggap lebih ramah lingkungan, etanol juga diyakini mampu mengurangi ketergantungan pada minyak fosil yang cadangannya terus menipis.

Menurut data Energy Information Administration (EIA), Amerika Serikat telah lama menjadi pelopor penggunaan bensin bercampur etanol. Mereka memiliki beberapa varian, mulai dari E10 (etanol 10%), E15 (etanol 15%), hingga E85 (etanol 85%). 

Di antara varian tersebut, E10 kini menjadi standar nasional karena terbukti dapat menekan emisi gas rumah kaca tanpa mengurangi performa mesin secara signifikan.

Etanol di Indonesia, Aman untuk Kendaraan Modern

Di Indonesia, penggunaan etanol sebagai aditif BBM masih dalam tahap awal, tetapi sejumlah pakar menilai langkah ini sangat potensial. Tri Yus Widjajanto, Guru Besar Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB, menegaskan bahwa kadar etanol yang dicampurkan dalam produk Pertamina tergolong aman.

“Kalau kandungan etanolnya hanya 3,5%, energi yang turun hanya sekitar 1%. Artinya, daya mesin hanya berkurang sekitar 1 persen dan itu tidak akan terasa serta tidak berpengaruh ke konsumsi bahan bakar maupun tarikan (performa) kendaraan,” ujarnya.

Pernyataan ini sekaligus menjawab kekhawatiran masyarakat bahwa etanol bisa merusak mesin. Faktanya, kendaraan modern sudah kompatibel dengan campuran etanol hingga kadar tertentu.

Belajar dari India

Negara berkembang lain yang gencar mendorong program biofuel adalah India. Melalui Press Information Bureau (PIB), pemerintah India menargetkan campuran 20 persen etanol dalam bensin (E20) pada tahun 2025. Target ambisius ini diharapkan dapat menekan impor minyak mentah sekaligus memberi nilai tambah bagi petani tebu dan industri biomassa.

Langkah India menjadi bukti bahwa biofuel bukan hanya solusi energi, tetapi juga instrumen pembangunan ekonomi, terutama bagi sektor pertanian dan industri lokal.

Etanol dan Potensi Besar di Indonesia

Dari sisi akademisi, Muhammad Rifqi Dwi Septian, dosen Rekayasa Minyak dan Gas Institut Teknologi Sumatera (ITERA), menilai pengembangan bioetanol di Indonesia sangat penting untuk ketahanan energi nasional.

“Kalau dikaji lebih lanjut dan terus ditindaklanjuti, penggunaan etanol sangat potensial. Selain lebih ramah lingkungan, juga bisa memperkuat ketahanan energi nasional,” kata Rifqi.

Ia juga menepis anggapan bahwa etanol berisiko tinggi menimbulkan karat atau kerusakan mesin. Menurutnya, jika proses produksi sesuai standar dan sistem penyimpanan BBM dijaga dengan baik, maka kemungkinan kerusakan akan sangat kecil.

“Apalagi kendaraan modern sekarang sudah kompatibel dengan bahan bakar campuran etanol,” ujarnya menambahkan.

Tren Global Biofuel

Lebih dari 70 negara kini sudah menjadikan biofuel sebagai bagian dari strategi energi nasional. ResourceWise mencatat bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa adalah pelopor, sementara Asia Selatan dan Amerika Latin mulai mempercepat adopsi biofuel.

Fenomena ini menegaskan bahwa etanol kini bukan sekadar opsi alternatif, melainkan bagian dari arus utama transisi energi global. Dengan keunggulan berupa emisi yang lebih rendah serta peluang ekonomi yang luas, tren biofuel diperkirakan akan terus menguat di tahun-tahun mendatang.

Respon di Dalam Negeri

Sejalan dengan tren global tersebut, pemerintah Indonesia mulai memperkenalkan kebijakan campuran etanol dalam BBM Pertamina. Namun, langkah ini sempat memunculkan resistensi dari sejumlah SPBU swasta. Mereka khawatir bahwa kandungan etanol dalam base fuel Pertamina bisa memengaruhi kualitas bahan bakar yang dipasarkan.

Kendati demikian, para pakar menekankan bahwa penerapan kebijakan ini harus dilihat dalam konteks jangka panjang. Jika dilakukan bertahap dengan standar mutu yang jelas, etanol justru akan memberi nilai tambah besar, baik untuk sektor energi maupun bagi perekonomian nasional.

Menekan Emisi, Mengurangi Impor

Penting dicatat, konsumsi BBM Indonesia masih sangat tinggi, sementara produksi minyak nasional tidak mencukupi. Selisih ini menyebabkan ketergantungan besar terhadap impor minyak mentah maupun produk BBM jadi.

Dengan pemanfaatan bioetanol, Indonesia berpeluang mengurangi impor sekaligus mendorong pertumbuhan industri berbasis energi terbarukan. Dampaknya bukan hanya pada neraca perdagangan, tetapi juga pada kualitas udara dan kesehatan publik yang lebih baik akibat berkurangnya polusi.

Tantangan dan Harapan

Meskipun etanol dianggap ramah lingkungan, penerapannya tetap membutuhkan persiapan matang. Mulai dari ketersediaan infrastruktur distribusi, sistem penyimpanan yang sesuai, hingga sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku otomotif.

Tanpa dukungan penuh dari berbagai pihak, transisi ke BBM campuran etanol bisa tersendat. Namun, dengan perencanaan yang tepat, etanol diyakini mampu menjadi bagian penting dari solusi energi bersih di Indonesia.

Etanol telah menjadi tren global dalam strategi transisi energi bersih. Dari Amerika Serikat hingga India, penerapan biofuel terbukti mampu menekan emisi sekaligus memperkuat kemandirian energi.

Bagi Indonesia, langkah awal pencampuran etanol dalam BBM Pertamina merupakan sinyal positif bahwa arah kebijakan energi mulai bergeser ke opsi yang lebih berkelanjutan. Tantangannya kini adalah bagaimana memastikan implementasi berjalan mulus, aman bagi mesin, dan memberi manfaat nyata bagi masyarakat.

Jika berhasil, etanol bisa menjadi katalis penting dalam perjalanan Indonesia menuju energi bersih dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index